Saya lahir dari keluar yang alhamdulillah sederhana, ayah berdarah minang dengan pendidikan terakhirnya SMP. Saat itu ayah harus rela menamatkan sekolahnya hingga SMP karena harus membantu orang tua mencari rizki untuk hidup dan sekolah adik-adiknya (singkatnya alhamdulilah semua adiknya tamat SLTA). Keputusan merantau yang ayah lakukan saat itu mempertemukanya dengan mama, tepatnya di cipinang lontar jakarta timur. Mama saya adalah anak tertua yang masih hidup saat itu dimana saat kelas 5 SD sudah ditinggal selamanya oleh ibunya karena sakit dan berdampak pada sekolahnya yang hanya sampai kelas 5 SD. Di umur sekecil itu mama sudah harus menggantikan peran ibu untuk adik-adiknya. Kondisi yang jauh berbeda dengan saat ini, dimana anak-anak seumur tersebut saat ini sebagian besar masih cengeng dan tidak setangguh orang tua dikala itu.
Pertemuan mama dan ayah saat itu mengantarkan mereka pada pernikahan, dari anak kesatu hingga ketiga kami tinggal dirumah kontrakan dicipinang bambu, unik dengan bangunanya khususnya dindingnya yang terbuat dari bilik bambu (sering saya jadikan tempat menabung (celengan saat itu, he..,). Pada saat mama sedang mengandung anak ke-empat, alhamdulillah karena saat itu ayah sudah menjadi supir taxi mendapatkan tawaran kredit rumah dari poolnya. Tepatnya di daerah tambun bekasi, dulu daerah tersebut kata para orang tua adalah tempat jin buang anak (hee..), tapi kita lihat saat ini daerah tersebut adalah kawasan industri yang berkembang pesat.
Bersambung ya…